Pendidikan Yogyakarta

UPNVY Jadi Tuan Rumah JIBB 2025 Goes To Campus

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta menjadi tuan rumah gelaran Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2025 Goes To Campus. Acara yang berlangsung di Ruang Seminar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Gedung Akuntansi UPN Yogyakarta. 

Acara ini, menghadirkan tokoh batik, desainer muda, hingga pejabat daerah untuk menguatkan kembali peran batik sebagai identitas budaya, warisan sejarah, sekaligus peluang ekonomi bagi generasi muda.

Beberapa narasumber yaitu Isteri Wakil Gubernur, Kanjeng Gusti Bendoro Raden Ayu Adipati (KGBRAA) Paku Alam X, biasa dipanggil Gusti Putri memaparkan soal Batik Pakualam, lalu Desainer Batik, Lia Mustafa , Desainer muda Iffah M Dewi (Batik Sogan), dan Desainer muda Zahirah Ayya (Cillukba by Zahirah). 

Sejak Oktober 2014, Yogyakarta telah resmi menyandang predikat Kota Batik Dunia dengan slogan “Jogja Kota Batik Dunia”. Predikat ini bukan hanya simbol, tetapi membawa konsekuensi agar masyarakat, terutama generasi muda, mencintai batik sekaligus memahami nilai historis, filosofis, dan orisinalitasnya.

Ketua Harian Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Kanjeng Gusti Bendoro Raden Ayu Adipati (KGBRAA) Paku Alam X atau Gusti Putri, menegaskan pentingnya kesadaran tersebut.

“Sangat disayangkan kalau hanya memakai batik, tetapi tidak tahu nilai historisnya dan nilai orisinalnya batik Jogja itu seperti apa. Kita orang Jogja harus mengenal batik Jogja dengan baik karena bagaimana pun juga kita harus sayang dengan batik,” tegas Gusti Putri dikutip, Sabtu (27/9/2025).

Sebagai seorang pembatik sejak 2011, Gusti Putri bercerita banyak inspirasinya datang dari naskah kuno berusia ratusan tahun di Pura Pakualaman. Ia memperkenalkan batik khas Pakualaman, seperti Asthabrata, yang sarat dengan filosofi kepemimpinan. 

“Motif klasik seperti kawung dan parang sudah ada sejak zaman dahulu dan tetap relevan untuk dipelajari hingga kini,” ungkapnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Yuna Pancawati, menegaskan JIBB merupakan upaya mempertahankan eksistensi Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. JIBB 2025 sendiri menandai satu dekade penyelenggaraan sejak pertama kali digelar.

Dengan tema “Batik in Motion: Bridging Tradition and Modernity”, Yuna berharap batik bisa terus relevan di tengah perkembangan zaman.

“Penting untuk menghubungkan nilai-nilai tradisi batik dengan kebutuhan dan gaya hidup modern. Batik tidak hanya simbol budaya masa lalu, tetapi juga dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Desainer batik muda, Iffah M. Dewi, alumni UPN Yogyakarta sekaligus pemilik brand Batik Sogan. Berbagi pengalaman bagaimana studi kelayakan bisnis di masa kuliah membawanya merintis usaha batik hingga sekarang.

Ia menegaskan pentingnya menyesuaikan strategi bisnis dengan kebutuhan pasar. Jika batik tulis rumit berharga jutaan hanya laku sebulan sekali, ia memilih membuat batik tulis versi sederhana untuk menjaga cashflow perusahaan.

“Cashflow itu yang utama dalam sebuah perusahaan, karena kebutuhan hidup juga harus berjalan. Jadi, meskipun sederhana, produk saya tetap batik tulis, bukan print,” jelas Iffah.

Beberapa karyanya terinspirasi dari kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

“Dengan simbol sungai, buah-buahan, Masjidil Aqsa, dan Masjidil Haram. Meski sederhana, batik tulis tetap punya nilai tinggi karena dibuat dengan tangan dan penuh makna,” jelasnya

Program Goes To Campus menjadi terobosan baru dalam rangkaian JIBB 2025. Selain itu, sejumlah agenda lain juga sudah dipersiapkan, di antaranya seminar International Batik pada 2 Oktober 2025, Gebyar Expo Batik pada 3 – 5 Oktober 2025 menghadirkan ‘Sepeda Berbatik’ sebagai acara penutupan, yang melibatkan OPD, juga Dekranas, dan masyarakat umum.(*)

Penulis : Elis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *