News Yogyakarta

Kota Yogyakarta Ukir Sejarah MURI, ‘Peserta Terbanyak Setor Sampah Anorganik secara Serentak ke Bank Sampah’

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Kota Yogyakarta kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat nasional bahkan dunia. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) resmi menganugerahkan penghargaan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta atas kegiatan Penimbangan Sampah Organik Berbasis Bank Sampah yang melibatkan peserta terbanyak. 

Dalam kegiatan ini, lebih dari 12.000 warga secara serentak menyetorkan sampah anorganik ke 397 titik bank sampah di seluruh penjuru Kota Yogyakarta, Sabtu (4/10).

Kepala MURI Semarang, Ari Andriani, mengungkapkan bahwa pencapaian Kota Yogyakarta ini sangat istimewa karena berbeda dengan rekor lain yang pernah dicatatkan sebelumnya.

“Berdasarkan data yang kami miliki, kategori penyetoran sampah langsung ke bank sampah dengan jumlah peserta terbanyak seperti ini belum pernah ada sebelumnya. Biasanya rekor MURI terkait pengolahan sampah setelah didaur ulang. Tapi untuk penyetoran serentak langsung ke bank sampah, ini adalah sejarah baru,” jelas Ari. Senin (6/10/2025).

Awalnya, kegiatan ini ditargetkan hanya melibatkan 10 ribu peserta di 200 titik. Namun, hasil verifikasi MURI mencatat antusiasme masyarakat jauh lebih tinggi, yakni 12 ribu lebih peserta dengan 397 titik partisipasi aktif.

“Penilaian kami bersifat superlatif, yaitu berdasarkan jumlah peserta terbanyak yang menyetorkan sampah. Maka, rekor ini kami catat bukan hanya sebagai rekor nasional, tetapi juga rekor dunia,” tegas Ari.

Ia menambahkan, kebanggaan ini semakin besar karena ide bank sampah pertama kali lahir dari masyarakat Yogyakarta, sebelum menyebar ke berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia.

“Keberhasilan yang melibatkan puluhan ribu warga dalam satu gerakan bersama merupakan bukti nyata bahwa edukasi lingkungan bisa berhasil jika dikelola secara sistematis. Saya berharap, semoga tempat-tempat lain bisa belajar dari Kota Yogyakarta, bagaimana mengelola dan mengumpulkan sampah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat,” pungkasnya.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas partisipasi masyarakat. Menurutnya, pencapaian ini bukan sekadar prestasi simbolis, melainkan momentum penting untuk mengubah perilaku sosial.

“Kalau dapat rekor MURI itu mungkin tidak sulit, tapi mempertahankannya yang berat. Rekor ini harus menjadi pengingat bahwa kita sedang membangun rekonstruksi sosial. Dari yang dulu membuang sampah sembarangan, kini menjadi memilah, mengolah, dan menabung sampah,” kata Hasto pada sambutannya di Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta.

Hasto menegaskan, pekerjaan besar justru dimulai setelah rekor ini diraih. Tantangan utama ke depan adalah menjadikan pemilahan sampah sebagai kebiasaan sehari-hari.

“Kalau di tempat lain, dapat rekor MURI dianggap sudah puncaknya. Tapi bagi saya, justru setelah ini kita harus bekerja lebih keras. Malu rasanya kalau sudah dapat rekor, tapi sampah di lapangan masih menumpuk,” tegasnya.

Dalam kegiatan ini, masyarakat membawa berbagai jenis sampah anorganik dari rumah masing-masing, seperti kardus, kertas, hingga plastik. Hasto mengingatkan pentingnya pemilahan sejak rumah tangga agar sampah tetap memiliki nilai ekonomi.

Ia juga mengajak masyarakat untuk mencuci plastik bekas makanan sebelum disetorkan ke bank sampah, sehingga kualitas daur ulang lebih terjaga.

Saat ini terdapat 701 bank sampah aktif di Kota Yogyakarta. Jumlah ini diyakini mampu memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat, sekaligus mengurangi volume sampah yang berakhir di depo maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Dengan memilah, sampah bisa menjadi berkah, bukan musibah,” kata Hasto.(*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *