INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI), Nasaruddin Umar, mengunjungi Pesantren Modern Baitussalam Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Minggu (14/12).
Kunjungan ini menjadi bagian dari silaturahmi sekaligus peninjauan langsung terhadap model pendidikan pesantren modern yang dinilai memiliki karakter kuat dan relevan dengan kebutuhan masa depan.
Dalam kunjungan tersebut, Menag Nasaruddin Umar menyoroti keberadaan lembaga yang mengaku sebagai pesantren namun justru menyimpang dari nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Ia menegaskan bahwa pesantren sejatinya harus menjadi pusat pendalaman agama yang moderat dan damai.
“Pesantren itu harus belajar kitab kuning, jangan mengajarkan anak-anak kita merakit bom. Namanya pondok pesantren tapi kok begitu, pesantren harus memberikan pendalaman keagamaan kepada masyarakat,” tegasnya dikutip, Senin (15/12/2025).
Selain penguatan keilmuan Islam, Menag menekankan pentingnya pesantren mengajarkan toleransi antarumat beragama dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai bagian dari karakter Islam Nusantara.
“Pesantren juga harus mengajarkan sikap toleransi terhadap agama lain dan warga lain, menjunjung tinggi asas kemanusiaan. Itulah dasar pesantren,” ujarnya.
Nasaruddin, mengapresiasi Pesantren Modern Baitussalam yang dinilainya menampilkan ciri khas pesantren ideal, mulai dari lingkungan yang bersih, kerapian santri, hingga kurikulum pendidikan yang berimbang antara ilmu keagamaan dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Yang saya lihat pesantren di sini sangat khas. Bersih lingkungannya, bersih pakaiannya, rapi, baik putra maupun putri. Kemudian kami juga mendengarkan penjelasan tentang kurikulum yang berimbang,” ujar Nasaruddin Umar.
Menag mengungkapkan, konsep yang diterapkan di Pesantren Modern Baitussalam berpotensi menjadi salah satu referensi penting bagi Kementerian Agama dalam rencana pembentukan Direktorat Jenderal Pondok Pesantren.
Menurutnya, pesantren perlu didefinisikan ulang agar tidak lagi dipersepsikan sebagai lembaga pendidikan yang tertinggal.
“Pesantren tidak boleh identik dengan keterbelakangan atau kekumuhan. Pesantren harus punya corak masa depan yang lebih baik dan menjanjikan, tanpa meninggalkan unsur-unsur vital yang harus tetap dipertahankan,” tegasnya.
Ia menilai, Pesantren Modern Baitussalam Prambanan telah menunjukkan kombinasi ideal antara tradisi keilmuan pesantren dan orientasi masa depan, sehingga layak menjadi contoh bagi pesantren lain di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Menag Nasaruddin Umar menilai Yogyakarta sebagai contoh konkret harmoni keberagaman di Indonesia. Ia menyinggung bagaimana rumah ibadah dapat berdampingan dengan situs budaya dan sejarah.
“Bagaimana candi bisa berdampingan dengan rumah ibadah, bagaimana para Wali Songo dulu akrab dengan pimpinan agama lain. Ini Indonesia banget, dan ini yang harus kita jaga dan restui,” katanya.
Sementara itu, Bupati Sleman, Harda Kiswaya, menyampaikan bahwa kunjungan Menag merupakan bentuk silaturahmi antara pemerintah pusat dan daerah, sekaligus memberikan semangat bagi pondok pesantren di Sleman.
“Ini bentuk silaturahmi dari pemerintah pusat ke wilayah, sekaligus memberi pembinaan dan semangat bagi pondok-pondok pesantren,” ujar Harda.
Ia menyebutkan bahwa pondok pesantren di Kabupaten Sleman telah terverifikasi oleh Kementerian Agama dan diharapkan terus berkembang sebagai alternatif pendidikan unggulan.
“Kepercayaan masyarakat harus terus tumbuh agar pesantren menjadi pilihan terbaik bagi anak-anak kita,” tambahnya.
Menjelang bulan Ramadan yang diwarnai berbagai bencana alam, Bupati Sleman juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan pemerintah serta refleksi spiritual masyarakat.
“Negara harus selalu siap menghadapi bencana. Namun bencana juga menjadi peringatan dari Tuhan agar manusia lebih dekat dan taat menjalankan perintah-Nya,” ujarnya.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari ajaran agama, agar risiko kebencanaan dapat diminimalkan.
“Ini menjadi koreksi bagi kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat, agar lebih bijak dalam memperlakukan alam,” pungkasnya.(*)
Penulis : Elis
