INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman menyajikan ragam kekayaan budaya. Salah satunya, kuliner.
Pada pernikahan agung antara BPH Kusumo Kuntonugroho dan Laily Annisa Kusumastuti Kadipaten Pakualaman menyuguhkan sejumlah penganan istimewa yang mungkin Pakan sulit ditemukan di luar acara tersebut.
Ketua Bidang Adat dan Akomodasi Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman KRT Radyo Wisroyo mengungkap, bahwa sebagian menu yang dihidangkan dalam Dhaup Ageng ada yang berasal sejak era Paku Alam VII.
Radyo Wisroyo memastikan, hidangan yang ditampilkan kepada tamu undangan adalah istimewa. Sebab menu yang tersaji mungkin sudah sukar ditemui di masyarakat umum. Selain itu, ada olahan yang hanya bisa ditemui di acara Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman saja.
Spesialnya lagi, jejak hidangan sudah ada sejak era Paku Alam VII serta terus menerus dijadikan menu pilihan saat Kadipaten Pakualaman menggelar Dhaup Ageng. Disajikan pula dengan table manner atau tata cara makan khas Jawa.
“Secara umum tamu nanti dijamu, mereka hanya duduk tapi dilayani sehingga seperti masyarakat umum kenalnya piring terbang, jamuan makan di sini ada beberapa hidangan mulai dari pembuka, inti dan penutup,” jelas Radyo Wisroyo.

Berdasarkan alurnya, sebelum masuk ke cepuri Pakualaman tamu undangan akan lebih dulu disajikan dengan welcome drink berupa sereh dengan campuran jeruk nipis atau jahe dengan jeruk nipis. Kemudian dilanjutkan dengan menu pembuka berupa minuman khas dan snack awalan.
“Minuman yang disuguhkan adalah minuman yang khas dan hampir setiap saat dari dulu adalah setup jambu,” sebutnya.
Resepsi acara yang berlangsung lama, disiasati oleh panitia dengan beragamnya menu yang disajikan. Sebelum sajian menu utama, para tamu akan kembali dihidangkan makanan berupa kudapan. Kudapan yang disajikan ini merupakan menu khas dan langka lantaran sudah ada sejak era 1950 an silam.
“Kudapan ini namanya Garulina, ini bukan makanan Jawa sebetulnya itu semacam lapis legit namun ada yang beda seperti lapisan khusus. Itu yang manis, ada juga kudapan kering berupa kacang dan juga ada yang gurih sebagai pendamping saja, semacam kroket dari ayam dan keju sebelum hidangan inti,” jelasnya.
Selanjutnya ada pula sajian sup yang sudah ada sejak era Paku Alam VII, VIII, IX, dan X. Makanan ini dinamai sup pindang serani yang rasanya asam gurih dan berbahan belimbing wuluh dan lain sebagainya. Daging yang digunakan berupa daging sapi untuk membuka hidangan utama.
“Setelah itu akan disajikan makanan utama berupa sekul ijem, ini ada daun jeruknya yang dipadukan dengan lauknya mangut. Namun masakan mangut ini bahannya ikan salmon. Kita padukan tradisional dengan menu yang modern dengan ikan yang lebih lunak,” jelas dia.

Hidangan mangut ikan salmon itu dipadukan dengan sajian bebek asap. Radyo Wisroyo menyebut ini memang sengaja menjadi pilihan paduan lantaran pada bebek yang telah diasapi akan muncul aroma khas dan sangat cocok disantap dengan pilihan bumbu pada mangut ikan salmon itu ditambah sayuran tumis dari berbagai jenis.
“Menu utama lainnya itu kita hidangkan juga makan siang Sri Paduka Paku Alam VIII yakni uter-uter tahu yang dimasak dengan santan tapi santannya ada kocokan telur, juga ada potongan cabai hijau dan merah,” jelasnya.
Pada hidangan penutup, tamu undangan akan disajikan dengan es buah dan puding. “Makanan utama ditutup dengan es kita gunakan klengkeng, nanas tapi untuk tamu VVIP kita sajikan juga puding namanya puding ketan ya yang dipadukan dengan es krim,” pungkasnya.
Radyo Wisroyo selanjutnya menegaskan, hidangan yang dibagikan kepada para tamu undangan jenisnya sama. Tidak ada pembedaan antara undangan biasa, tamu VVIP, dan keluarga inti.
“Makanan yang kita hidangkan ke tamu dan keluarga serta tamu undangan sama semua. Tidak ada yang membedakan. Beliau (KGPAA Paku Alam X) ingin menghormati dan semua yang diundang itu tamu dan tidak dibedakan satu sama lain,” tandasnya. (*)
Penulis: Fatimah Purwoko/Elis