Kesehatan Yogyakarta

Dinkes DIY Tunggu Hasil Laboratorium 43 Suspek Antraks di Gunungkidul

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah ambil sampel terhadap total 43 warga Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul yang dinyatakan suspek antraks.

Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengatakan pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 8 Maret 2024. Butuh waktu seminggu untuk uji laboratorium di BBTKL DIY sampai tegaknya diagnosa.

Oleh sebab itu, Dinkes DIY belum dapat menyatakan bahwa warga di Dusun Kayoman ada yang terinfeksi antraks. Kendati sebagian di antaranya memiliki gejala antraks, seperti demam, muntah dan diare.

“Statemen (ada warga terjangkit antraks) harus tegak diagnosanya. Gejala bisa sama, tapi hasil lab belum tentu,” ujar Pembajun. Jumat (15/3/2024).

Kendati diagnosa belum tegak, Dinkes DIy tetap melakukan antisipasi penyebaran antraks. Tergabung dalam Satgas One Health, kata Pembajun, pihaknya menerima aduan dan keluhan dari masyarakat. Selain itu juga melakukan pemeriksaan. Dinkes DIY pun melakukan inkubasi dan pemantauan.

“Kami di provinsi sedang mengupayakan bagaimana kami melakukan promosi kesehatan, edukasi ke masyarakat. Kami mohon dukungan,” ucapnya.

Pembajun menyayangkan, kasus antraks yang terjadi berkali-kali di Gunungkidul. Dia berharap, Pemkab Gunungkidul bersama pihak terkait lebih waspada dan melalukan lebih banyak antisipasi. Mengingat, sebentar lagi akan hari raya Idulfitri. Kemudian tak lama berselang akan Iduladha.

“Kami membutuhkan kerja sama semua sektor. Informasi ini sudah sampai ke pusat. Kami tidak bisa mengabaikan, koordinasi provinsi dan kabupaten harus terjalin baik,” lontarnya.

Terkait dengan menjadikan Dusun Kayoman sebagai kasus luar biasa (KLB), Pembajun menyebut bahwa penetapan bukan pada ranah Dinkes DIY. Kewenangan penetapan suatu wikayah sebagai KLB, kata dia, ditetapkan oleh kelala daerah.

“Kami menunggu statemen dari kepala daerah. Kalau tidak menyatakan KLB, kami sulit juga menyatakan,” ujarnya.

Pembajun juga membeberkan kronologi penetapan 43 suspek antraks di Dusun Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul.

  • Tanggal 12 Februari 2024 ada satu penduduk yang menemukan kambingnya mati kemudian dikubur. Dalam satu kandang itu ada tiga kambing lain, lalu ketiganya disembelih dan dagingnya dibagi ke warga sekitar.
  • Hari berikutnya, 13 Februari 2024 ada sapi yang juga ditemukan mati. Sapi kemudian dipotong pada malam hari. Sapi tersebut lalu dikuliti sementara dagingnya dibagi ke warga. Dukuh sempat mengingatkan, tapi daging terlanjur sudah dibagikan.
  • Kemudian 24 Februari 2024, peternak yang sama kembali menemukan kambingnya mati. Kambing itu disembelih dan dikuliti di rumah tetangganya. Daging juga dibagi ke warga. Setelah itu, banyak warga sekitar yang mengalami gejala panas, muntah, dan diare.
  • Pada 2 Maret 2024, peternak itu sakit demam dan diare. Selain itu, dia mengalami gatal di sekitar wajah yang membuat kulitnya merah dan bengkak berair. Dia lantas memeriksakan diri ke RS Prambanan.
  • Pada 6 Maret 2024, peternak itu dirawat di RS Prambanan dan ditunggui oleh istrinya yang mengalami gejala sama.
  • Pada 7 Maret 2024, satu sapi dan dua kambing milik peternak tersebut kembali mati mendadak.
  • Satgas One Health kemudian memutuskan untuk melakukan pengambilan sampel pada tanggal 8 Maret 2024. Pemeriksaan dilakukan terhadap 23 orang suspek antraks dengan 16 orang tidak bergejala dan 7 orang bergejala. Sampel darah diambil pada warga yang bergejala. Selain itu juga swab terhadap kulit hewan suspek antraks. Sampel kemudian dikirim ke BBTKL DIY.
  • Hari Sabtu 9 Maret 2024, Puskesmas Gedangsari 2 kembali melaporkan 30 orang total warga Kayoman dilalukan pemeriksaan. Sebanyak 20 orang tidak bergejala, dan 10 orang bergejala.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko/Elis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *