INTENS PLUS – JAKARTA. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) peringati Hari Perempuan Internasional, Antonio Guterres pada Jumat (7/3) Tingkatkan kesetaraan gender pada perempuan serta memajukan hak semua wanita dan anak perempuan sedunia.
PBB telah mengakui secara resmi 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional.
Berdasarkan laporan pada 2024, Forum Ekonomi Dunia menemukan bahwa dunia telah menutup 68,5 persen kesenjangan gender. Laporan tersebut mengatakan, dibutuhkan sekitar lima generasi untuk mencapai kesetaraan penuh.
Tahun ini, Hari Perempuan Internasional juga menyoroti isu-isu penting bagi perempuan, seperti akses ke perawatan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
“Pada Hari Perempuan Internasional ini, marilah kita dengarkan suara dari wanita dan anak perempuan di seluruh dunia, dan selalu memilih bertindak daripada bersikap apatis. Mari tingkatkan kesetaraan gender pada perempuan” ujar Guterres dalam sambutannya di sebuah acara di Markas Besar PBB di New York, dikutip Sabtu (8/3/2025).
“Kita berkumpul hari ini bukan hanya untuk merayakan Hari Perempuan Internasional, tetapi untuk melangkah maju, tangguh, bersatu, dan tak tergoyahkan dalam upaya kita untuk mencapai kesetaraan, pembangunan, dan perdamaian bagi semua perempuan di mana pun mereka berada demi kepentingan umat manusia,” tegasnya.
Guterres mengatakan bahwa kekerasan, diskriminasi, dan ketimpangan ekonomi masih membelenggu masyarakat kita.
“Seperti yang dilihat setiap sudut dunia, dari penolakan hingga kemunduran, hak-hak perempuan sedang diserang. Diskriminasi yang sudah berlangsung selama berabad-abad diperburuk oleh ancaman-ancaman baru,” paparnya.
“Dari penolakan hingga pembantaian, hak asasi manusia perempuan tengah diserang.”
“Perempuan terus menghadapi, horor menahun,kekerasan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan ekonomi. Ancaman baru seperti algoritma yang bias, memprogram ketidaksetaraan ke dalam ruang daring, membuka arena pelecehan dan kekerasan baru.” Ungkapnya.
Ia melanjutkan, “Alih-alih menjadikan hak-hak kesetaraan sebagai arus utama, kita justru menyaksikan bagaimana chauvinisme dan misogini menjadi arus utama.”
“Kita tidak bisa tinggal diam saat kemajuan yang telah dicapai dihancurkan. Kita harus melawan,” tegasnya.
Guterres berkomitmen, akan melakukan tindakan Nyata untuk Kesetaraan Gender (Gender Equality Clarion Call), yang merupakan bagian dari Rencana Akselerasi Kesetaraan Gender di seluruh Sistem PBB, yakni “Janji yang berani dan mendesak untuk membela dan memajukan hak-hak semua wanita dan anak-anak perempuan.”
Ia menyerukan, hal itu untuk wujudkan visi Deklarasi Beijing. Mempercepat aksi memajukan setiap wanita juga anak perempuan sedunia.
Guterres mengutarakan, tahun ini adalah memperingati 30 tahun konferensi penting, yaitu Konferensi Dunia PBB tentang Perempuan yang diselenggarakan di Beijing, China, pada 1995, menyuarakan soal hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia.
Diketahui, Hari Perempuan Internasional bermula dari munculnya gerakan buruh dan kampanye yang mempromosikan hak-hak perempuan di Amerika Serikat yang terjadi dari satu abad yang lalu.
Selanjutnya pada tahun 1909, Partai Sosialis Amerika menyelenggarakan Hari Perempuan Nasional pertama, mengadakan pertemuan di seluruh negeri membahas tentang isu-isu perempuan seperti upah yang lebih baik, hak untuk memilih, dan kesetaraan gender.
Terinspirasi oleh rekan-rekan mereka di Amerika, Kongres Sosialis Internasional menyelenggarakan Hari Perempuan Internasional pertama pada tahun 1911 dengan mengadakan pertemuan di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss, yang dihadiri oleh lebih dari 1 juta hadirin, baik laki-laki maupun perempuan.
Akhirnya ditetapkan, pada tahun 1977 PBB secara resmi mengakui 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional.(*)
Penulis : Elis