INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Upacara Hari Jadi DIY ke-296 di Stadion Mandala Krida pada Rabu (13/3/2024).
Gubernur DIY, Hamengku Buwono X, mengatakan bahwa kegiatan upacara telah memandu seluruh warga DIY menuju gerbang pemahaman. Berdirinya “Ngayogyakarta Hadiningrat” memiliki esensi tentang penciptaan ruang bagi pertumbuhan intelektual dan spiritual.
“Sebuah lansekap di mana manusia dan alam bersatu dalam harmoni, memancarkan Trilogi ‘Hamamayu Hayuning Bawana’, ‘Mangasah Mingising Budhi’, dan ‘Memasuh Malaning Bumi’,” ujar HB X dalam sambutannya.
Untuk itu, kata HB X, malam Tirakatan dalam memperingati hari jadi DIY sama halnya dengan laku spiritual. Lantaran jadi titik untuk memusatkan kekuatan batin, agar dapat menunaikan cita-cita perjuangan pendirian DIY.
“Seiring visi yang disabdakan oleh suwargi Sri Sultan Hamengku Buwono I, berlandaskan istiqomah: konsisten, konsekuen, dan berkelanjutan,” sebutnya.
Kegiatan ini juga dianjurkan menjadi momentum retrospeksi, mengenang jasa para pendiri DIY. Seraya mendoakan, agar arwah para syuhada bangsa itu, memperoleh pahala sesuai amal-bhaktinya, serta diterima di haribaan-Nya, dan diampuni dosa-dosanya.
“Seiring doa yang terpanjat, marilah memulai aktualisasi makna hari jadi ke-269 DIY, dalam bingkai keyogyaan, mengaktualisasi tema: Maju, Sejahtera, Berkelanjutan, Dijiwai Kebudayaan dan Keistimewaan,” ucapnya.
Rangkaian semangat dalam tema itu, dapat dimaknai sebagai upaya mencapai kemajuan. Diderivasi melalui inovasi dan keadilan, sebagai inti dari transformasi masyarakat. Kemajuan dapat pula dimaknai, sebagai sebauah era, di mana kearifan lokal dan ilmu pengetahuan berpadu sempurna dengan prinsip keadilan.
Adapun terkait Kesejahteraan, mewujud pada cita-cita untuk mewujudkan eksositem sosial yang sejahtera, melalui pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara layak dan adil, dijamin oleh sistem yang dirancang untuk efisiensi dan keadilan.
Berkelanjutan, dapat dimaknai sebagai integrasi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumber daya alam, dicapai melalui penerapan teknologi, yang memungkinkan kita untuk hidup selaras dengan alam.
Di sisi lain, Kebudayaan, harus diinterpretasikan ulang melalui lensa kemajuan, di mana nilai dan identitas budaya, diperkuat dan dilestarikan melalui inovasi, menjadikannya lebih relevan di tengah masyarakat modern, tanpa menghilangkan esensi kearifannya.

Demikian pula, Keistimewaan DIY, harus ditegakkan dalam konteks teknokratis dan outcome, dengan mengintegrasikan program-program pembangunan yang unik dan pemanfaatan teknologi, menciptakan pembangunan yang tidak hanya harmonis, tetapi juga berdampak nyata.
Kesemua itu, dapat dicapai, dengan didukung penyelenggara negara yang bekerja cerdas dan berintegritas; pendidik dan pelajar yang kreatif dan ikhlas berlandaskan keilmuan; rohaniawan yang mengamalkan kesalehan ritual dan kesalehan publik; wirausahawan yang inovatif; dan didukung oleh warga yang kreatif serta berkeadaban.
“Dengan perenungan seperti itu, marilah kita ikuti Malam Tirakatan ini, dengan berpasrah diri ke haribaan Tuhan Sang Kuasa Cipta, agar kita semua senantiasa ditunjukan jalan lurus-Nya. Akhirul kalam, semoga Allah SWT berkenan melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, bagi kesejahteraan dan keselamatan seluruh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta,” ujar HB X.
Sementara bagi Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo, Peringatan Hari Jadi DIY menjadi momentum untuk terus memberikan warna dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan Yogyakarta untuk Indonesia hingga mendunia.
Menurutnya, Hari Jadi DIY yang baru pertama kali diperingati dengan berbagai macam kegiatan tersebut, merupakan momen berharga yang bisa dimaknai bersama, untuk terus melestarikan kebudayaan yang dimiliki Yogyakarta.
“Ini adalah sebuah momentum peringatan pertama hari jadi DIY, yang harapannya dapat menjadi salah satu penguat untuk bersama-sama terus menjaga nilai-nilai keistimewaan yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Selain gelaran upacara, Peringatan Hari Jadi DIY ke-269 turut dimeriahkan oleh pasar murah yang disambut antusias oleh masyarakat. Salah satu yang memanfaatkan keberadaan pasar murah ini adalah Sri Sukamti.
Perempuan 63 tahun itu datang bersama anaknya dari Nologaten ke Kota Yogyakarta sejak pukul 08.15 WIB dan berhasil memborong sejumlah kebutuhan pokok.
“Saya beli 3 kilogram telur, minyak 10 liter, bawang merah putih masing-masing 1 kilogram, gula 2 kilogram, terigu 2 kilogram. Total lumayan banyak, ada Rp300.000,” bebernya.
Sri mengaku akan menggunakan berbagai bahan pokok (bapok) yang dibelinya untuk mencukupi kebutuhannya selama bulan puasa. Dia pun merasa senang, dapat memborong berbagai kebutuhan itu dengan harga yang miring.
“Untuk selama bulan puasa, nggak usah kemana-mana tinggal beli sayur. Belanja di sini agak miring harganya. Bedanya ada Rp1.500-2.000 ya lumayan,” tandasnya.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko/ Elis