Entertainment Yogyakarta

Cerita Ameylia Kurniawati Menyulam Keberanian dan Penerimaan

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Berangkat dari penerimaan diri, Ameylia Kurniawati mencoba menebar keberanian. Melalui karya sulam, dia tunjukkan jika apa yang disebut sebagai kekurangan sesungguhnya dapat dimaknai sebagai karunia.

Amel, sapaan akrabnya, membuka pameran seninya yang diselenggarakan di Artotel Yogyakarta, Jumat (1/12/2022). Sebagai seorang embroidery artist asal Yogyakarta, dia mengusung tema “Flaunting Flaws”.

Amel mengaku sangat bahagia karyanya mendapat ruang apresiasi. Dia mendapat wadah gelar untuk menampilkan 22 karya dalam pameran ini.

“Semoga apa yang saya ingin utarakan melalui karya-karya ini bisa tersampaikan,” lontarnya saat memberikan sambutan.

Melalui sulamannya, Amel ingin mengajak pengunjung untuk bisa menerima segala kekurangan dengan lebih percaya diri. Representasi itu tampak pada kuatnya warna pastel dan bentuk sulaman pada karya Amel. Mewujudkan pula keberanian diri Amel dalam menerima segala kekurangan.

Tanpa segan, Amel menunjukkan jemarinya yang menyulamkan tatanan indah. Berbeda dengan pada umumnya, dia hanya memiliki sembilan jari untuk kedua tangannya.

“Awalnya waktu sekolah tidak terlalu memperdulikan. Sampai pas kuliah, ada salah satu temanku yang melihat dan membuat merasa aku kekurangan. (Sampai merasa) takut kalau tidak bisa menggambar dengan benar,” bebernya dengan berkaca-kaca.

Beberapa karya amel yang bertemakan ‘Flaunting Flaws’ | Foto : Elis

Kekacauan yang dialami oleh Amel itu turut dituangkannya pada salah satu karyanya yang dipamerkan.

“Ada salah satu karya yang merupakan representasi bentuk jariku. Itulah kekacauan yang aku rasakan. Aku merasa aku cacat,” cecarnya.

Bukan merupakan lulusan seni, juga sempat membuat Amel merasa rendah diri. Tapi dia itu juga memantik semangatnya untuk berani. Sebab ada suara yang ingin dia sampaikan dan dimengerti oleh banyak orang.

“Pameran ini, tempatku menampilkan karya yang juga merupakan media relaksasi aku belajar menerima diri dan bersyukur. Karena kekurangan itu bukan kekurangan, justru kelebihan yang Tuhan kasih jauh lebih banyak,” lontarnya.

Selain itu, pameran ini pun bagi Amel adalah bentuk pengingat bahwa setiap orang memiliki sisi baik dan cukup tanpa perlu berpura-pura.

“Topeng-topeng yang biasa kita pakai sebagai wujud ketidakpercayaan diri inilah yang terkadang membuat kita malah jadi menunjukkan sifat kekurangan kita,” paparnya.

Nada Rizqi Pratiwi, Marketing Communication Artotel Yogyakarta mengatakan, bahwa Amel membawa gagasan unik dalam pamerannya. Bagaimana seseorang dapat menghargai kebaikan dan merasa cukup dengan segala kekurangan. Lantaran sejatinya, tiap individu tidaklah “sempurna”.

“Karya yang dipamerkan Amel, kali ini memiliki nuansa yang unik. Di mana karya Amel menggunakan media sulam ini memiliki kekhasan tersendiri, mulai dari warna benang, garis sulam dan bentuk yang unik,” sebutnya.

Nada pun mengatakan, tampilnya karya Amel turut membawa wajah baru Artotel. Menegaskan, bahwa Artotel mewadahi segala macam jenis karya yang dapat dipresentasikan di Artspace. Selain itu, seniman dapat memenuhi kurasi dari art director yang bertemakan contemporary art.

“Foto pun juga boleh, kami dulu pernah bikin. Tulisan boleh banget pameran di sini. Asalkan bisa merespon tempat kami. Pengunjung bisa merefleksikan diri,” ujarnya.

Nada juga mengungkap, penyelenggaraan pameran di hotelnya berlangsung tiga bulanan. Mempertimbangkan pengunjung hotel yang datang dan pergi dalam waktu singkat. Bahkan terkadang, hanya sepintas saja melintas di Artspace, Artotel Yogyakarta.(*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *