INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dalam memajukan masyarakat wilayah Gunung Kidul, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bersama PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) terus mengembangkan ekonomi hijau, yang melibatkan 5.000 petani Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya, hingga berdampak pada peningkatan kemampuan beli atau Green Deflation.
Dengan kata lain Green Deflation adalah suatu nilai uang yang sama, masyarakat tani mampu membeli barang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya, atau kerap dikenal sebagai Green Deflation yang merupakan kebalikan dari Green Inflation.
Kepala Bebadan Pangreksa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, RM. Gustilantika Marrel Suryokusumo menyampaikan, Keraton Jogya telah mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goal sejak tahun 1755 dengan falsafah Memayu Hayuning Bawono.
“Falsafah Memayu Hayuning Bawono terus diimplementasikan antara lain dalam bentuk Ekonomi Hijau Berbasis Keterlibatan Masyarakat, seperti yang telah dikerjakan Keraton Jogya bersama dengan PLN EPI,” papar Marrel pada keterangan, Selasa (6/2/2024).
Marrel juga menyampaikan bahwa bentuk Ekonomi Hijau Berbasis Keterlibatan Masyarakat ini merupakan bentuk ketahanan pangan, air dan energi sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di pedesaan dan diharapkan dapat menjadi model di wilayah lainnya.
“Implementasi program ini tentu akan memampukan para petani untuk berdaulat pangan, energi dan sekaligus memajukan taraf hidup masyarakat pedesaan”, kata Marrel.
Dikesempatan yang sama, Direktur Utama PT PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan kerjasama tersebut merupakan langkah strategis untuk mengamankan pasokan biomassa tanpa berkompetisi lahan dan pupuk untuk sektor pangan, yang justru memperkuat pangan/pakan karena memanfaatkan lahan marginal dan menghasilkan produk utama pakan ternak dan residu ranting untuk biomassa sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Langkah ini merupakan bentuk nyata dari ekonomi kerakyatan dengan masyarakat yang terlibat aktif di dalamnya. Maka dari itu, terciptanya green economy di tengah masyarakat ini sekaligus berhasil menciptakan lingkungan yang bersih dan mengangkat perekonomian masyarakat,”jelas Iwan.
Iwan menambahkan, Pihaknya akan turut membangun rantai pasok biomassa untuk menjamin keberlangsungan pasokan. Mulai dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan biomassa, sampai dengan komersialisasi di PLTU.
Selain itu, Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko mengungkapkan lebih dari 5.000 petani telah merasakan manfaat dari tanaman multifungsi, tanaman tersebut digunakan untuk pakan ternak dan kemudian bahan baku biomassa pada lahan marginal seluas 30 hectare (Ha) tersebar di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Tahapannya pada musim kemarau bulan September 2023 yang lalu, penduduk telah melakukan pruning daun tanaman sebagai pakan ternak. Pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi tersebut juga menggunakan pupuk organik FABA yang jauh lebih murah dibanding pupuk anorganik seperti NPK dan Urea,”ucap Antonius.
Lalu Antonius melanjutkan, pada tahun 2023, Pihaknya telah menyediakan 1 juta ton biomassa untuk 43 PLTU, yang berasal dari residu/sampah pertanian, perkebunan dan perhutanan seperti serbuk gergaji, sekam padi, bonggol jagung, bagasse tebu, pellet tandan kosong sawit, cangkang sawit, cangkang kemiri serta woodchip dari ranting-ranting dan tanaman replanting karet, bahkan BBJP hasil olahan sampah kota.
“Ke depan, penduduk dapat menjual ranting-ranting tanaman yang akan diolah menjadi energi terbarukan biomassa sebagai substitusi batubara PLTU. Dimana dengan index harga biomassa sebesar 1,2 dari harga Batubara hanya akan menaikkan BPP sebesar 0,5 sen, jauh lebih murah dibanding energi terbarukan lainnya seperti PLTS, PLTB dan lainnya,” terangnya.
Antonius menambahkan, selain memberikan benefit maksimal bagi masyarakat, program Green Economy ini menjadikan biomassa sebagai Energi Terbarukan baseload yang paling murah.
“Energi biomassa ini paling cepat diimplementasikan karena memanfaatkan PLTU eksisting milik PLN,”kata Antonius.(*)
Penulis : Elis