INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Budaya Apeman, tradisi ruwahan masyarakat Jogja, dikemas dalam event Sarkem Fest untuk mengangkat wisatawan di kawasan Sosrorowijayan.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berkolaborasi dengan masyarakat di Kelurahan Sosromenduran dan Jalan Pasar Kembang.
Budaya Apeman sendiri, adalah tradisi ruwatan masyarakat Jawa yang dilakukan menjelang Ramadan. Tradisi ini menggabungkan keagamaan dan budaya Jawa, yang artinya memohon ampun kepada Tuhan yang Maha Esa, serta memohon maaf antar sesama, ucapan rasa syukur atas rizeki, doa untuk para leluhur juga simbol harapan dan doa kesejahteraan.
Dalam kegiatan tersebut warga Sosromenduran mayoritas perempuan secara bersama-sama memasak Apem, lalu apem dibagikan pada wisatawan yang kebetulan ada di lokasi.
Selanjutnya acara berlanjut, kirab ruwahan gunungan apem Sarkem Fest yang diikuti ratusan peserta yang terdiri dari lima pasukan bregodo, gunungan apem, ketan dan kolak, dan diiringi masyarakat kampung di Kelurahan Sosromenduran dan mahasiswa dari berbagai daerah juga pelajar sekolah di Sosromenduran.
Gunungan apem dibawa di barisan depan, diangkut oleh delapan pria berkostum bergodo. Pukul 15.30 arak-arakan ini bergerak ke dari depan Hotel Patra ke arah barat menyusuri jalan Sosrowijayan, belok ke utara di jalan Gendekan, belok timur di jalan Pasar Kembang, belok selatan di jalan Malioboro dan kembali masuk ke jalan Sosrowijayan.
Sepanjang rute kirab, apem, ketan dan kolak yang dibawa oleh warga dibagi-bagikan kepada para pelaku usaha hotel, pengunjung, wisatawan Malioboro, karyawan, tukang becak, tukang andong, pengamen dan lainnya. Gurat senyum merekah dari mereka yang menerima apem, ketan dan kolak itu.
Sesampainya di depan Hotel Patra kembali, acara dilanjutkan dengan kenduri ruwahan. Para peserta kirab duduk lesehan di atas alas yang digelar di jalan Sosrowijayan. Ubo rampe kenduri lengkap tersaji seperti ingkung, nasi gurih, apem dan buah-buahan.
Kenduri diawali dengan penampilan hadroh dari warga Sosromenduran, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah itu, semua orang yang hadir menikmati nasi kenduri bersama. Puncaknya, gunungan apem yang sebelumnya diarak dalam kirab, dibagikan dengan cara rayahan kepada para pengunjung yang hadir.
Plt Lurah Sosromenduran, Hendy Setiawan, mengatakan Sarkem fest menjadi bagian dari upaya nguri-uri budaya dimana setiap bulan ruwah, masyarakat Jawa biasa membuat apem.
“Untuk masyarakat Jawa, apem menjadi simbol permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam kegiatan Sarkem Fest ini, apem dibuat oleh warga dari 54 RT, masing-masing menyumbangkan 20 apem. Lalu ditambah apem dari Dinas Pariwisata dan apem yang dibuat panitia. Untuk apem yang di gunungan itu total ada 1000 apem, saat kirab selesai, gunungan didoakan baru setelahnya warga bisa ambil, biasanya warga langsung berebut melakukan rayahan,” ungkapnya. Sabtu (22/2/2025).
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja, Wahyu Hendratmoko, mengatakan ekosistem di Sosromenduran sangat kompak sehingga kegiatan Sarkem Fest bisa secara konsisten diselenggarakan setiap tahun hingga tahun ketujuh ini.
“Terima kasih kepada segenap ekosistem yang ada di Sosrowijayan dan Pasar Kembang yang telah secara konsisten dapat menyelenggarakan event ini setiap tahun, pariwisata Kota Yogyakarta dalam posisi sangat bagus. Namun kondisi ini bisa berubah jika tidak bisa menjaganya. Mari kita menjaga wajah Kota ini dengan selalu ramah kepada wisatawan, menjaga kebersihan dan pelayanan yang terbaik, agar wisatawan datang kembali,” ucapnya.
Sarkem Fest 2025 berlangsung selama dua hari, Jumat (21/2) dan Sabtu (22/2). Sarkem Fest pertama kali diselenggarakan pada 2019, dengan semangat untuk me-rebranding kawasan Pasar Kembang sebagai kawasan wisata dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Pada gelaran yang ketujuh ini, Sarkem Fest menghadirkan beragam kegiatan menarik. Kabid Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Kota Jogja, Yurnelis Piliang, menjelaskan rangkaian acara Sarkem Fest 2025 dimulai dengan pelaksanaan Yogowes Monalisa. Dengan rute jelajah Kampung Susur Sungai, gowes dimulai pukul 06.00 WIB.
Start dari Dinas Pariwisata Kota Jogja, finish di venue Hotel Patra Sosromenduran. 150 pesepeda dari komunitas sepeda se-Kota Jogja mengikuti acara ini. Di lokasi finish, peserta dijamu dengan apem ruwahan dan dihibur musik serta pembagian doorprize.
Lalu dilanjutkan pukul 08.15 WIB dilaksanakan prosesi Ngublag Jladren Apem di Kelurahan yang menandai dimulainya Festival Pembuatan Apem yang diikuti oleh 54 RT di Sosromenduran. Sepanjang jalan Sosrowijayan, pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan apem, kolak dan ketan dan mencicipi secara cuma-cuma selama persediaan masih ada.
Kegiatan dilanjutkan sore harinya, dengan kirab budaya apem dan kenduri ruwahan, yang diikuti 500 peserta.
“Wisatawan dan warga dapat mengikuti prosesi kenduren dan akan dijamu dengan nasi takir ingkung suwir dan wedang seruni. selanjutnya Kenduri Ruwahan diakhiri dengan prosesi perebutan Gunungan Apem. Malamnya akan disuguhkan atraksi tari-tarian dan musik,” ucapnya.
Lalu pada hari kedua, ada panggung atau street stage yang akan diisi penampilan parade music. Street stage tersebut berada di Panggung Hotel Neo Malioboro, Panggung Depan Gapura Sosromenduran dan Panggung Depan Plaza Malioboro.
Masing-masing street stage menghadirkan nuansa yang berbeda-beda. Panggung Hotel Neo Malioboro akan diisi dengan penampilan band bergenre jazz, Panggung Depan Gapura Sosromenduran diisi oleh band dari warga Kelurahan Sosromenduran dan Panggung Depan Plaza Malioboro diisi dengan band Top 40 dan pop-dangdut.(*)
Penulis : Elis